Wednesday, November 29, 2006

Lessons From Fiery Speeches

From New Straits Times Online:

KUALA LUMPUR: Non-Malays and non-Muslims should not be alarmed over some of the speeches at the recent Umno general assembly, Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi said last night.

In fact, said the prime minister and party president, there were lessons to be learnt from the speeches and the reaction they generated.

He said delegates touched on race and religion as they were still sensitive issues to the Malays.

"But some of the speeches did not go down well among some quarters. They saw the proceedings on TV as this was the first time the assembly was telecast live.

"Instead of getting alarmed, there are lessons to be learnt from the whole episode. It means all of us have to be careful in dealing with issues concerning race and religion."

He said this at the end of his speech at the United Nations Association of Malaysia dinner at a hotel here.

Ada orang pernah berkata, Malaysia sebuah negara majmuk yang patut dicontohi oleh negara-negara lain di dunia. Ada orang lain pula pernah berkata, kita sebagai sebuah negara yang menuju ke arah status negara maju, kita bersedia dari segi segalanya kecuali mentaliti. Aku pula berkata, kita ni terlalu selalu mencanang-canangkan kebaikan diri kita sendiri, sampai kita lupa apa yang penting, dan apa yang kurang penting. Kita selalu hanya nampak kuman di seberang laut, hinggakan gajah di depan mata pun kita pakai hentam saja langgar. Kita selalu asyik menyusukan kera di hutan sehinggakan anak di rumah terpaksa meminta sedekah di jalanan.

Bila orang menegur, kita mudah melatah. Bila orang buat silap, kita mudah menjerkah. Bila anak orang berjaya, kita dengki dan iri hati. Bila anak sendiri berjaya, kita hidung tinggi dan bongkak hati. Bila anak orang menjadi penjenayah, kita kata mak bapak tak pandai jaga anak. Bila anak sendiri menjadi penjenayah, kita kata masyarakat tak perihatin dan kerajaan tak buat kerja memantau kesejahteraan persekitaran.

Cuba-cubalah kita fikir bersama-sama, sampai bilakah kita harus terus begini. Sampai Malaysia menjadi negara maju? Sampai kita merana di bumi sendiri? Atau yang paling mudah, sampai kita masuk lubang kubur?

No comments: